Kamis, 07 April 2016

Haters atau Lovers?

Ketika kita memposisikan diri sebagai Haters pada suatu tokoh, maka yang nampak adalah semua kekurangannya, meskipun ada sisi baik yang dia punya kita enggan mengakuinya, bahkan selalu curiga dengan niat baiknya.
Ketika kita memposisikan diri sebagai Lovers pada suatu tokoh, maka yang nampak adalah semua kelebihannya, meskipun ada sisi buruk yang dia punya kita enggan mengakuinya, bahkan kita akan berusaha menutupinya
Jadilah manusia Independent, yang mendukung jika benar dan mengkritik jika salah, tidak ada yang namanya "boleh korupsi asal niatnya baik" jika ini sudah menjadi hukum yang dibela oleh negara, maka nantikanlah saat-saat uang negara bocor dimana-mana, semua akan berebut membelanjakan uang negara dengan niat ingin membantu keluarga yang terlilit hutang, niat ingin membantu komunitas yang kelaparan, niat ingin membantu sebuah masyarakat yang tidak punya sekolah, bukankah itu NIAT BAIK? kalo sudah begitu maka buat apa ada pemerintah?, buat apa ada pajak untuk negara? masyarakat cukup membayarkan pajaknya untuk kepentingan golongan, agama dan komunitasnya, dari kami, oleh kami dan untuk kami
‪#‎SAYNOTOKORUPTOR‬ apapun niat nya.

Kamis, 31 Maret 2016

SIYONO Korban Penggiringan Opini Media

Membaca berita keluarga SIYONO yang diberi dua gepok uang, membuat saya miris, Begitukah cara DENSUS 88 bekerja? membunuh orang yang masih status "terduga" lalu meminta maaf dengan memberikan uang santunan?, Ini bukan hanya sekedar meminta keluarga mengikhlaskan kepergian Siyono, tapi kesalahan fatal yang telah dilakukan oleh DENSUS 88; karena latah mengikuti opini yang berhasil dibangun oleh media internasional yaitu Muslim = Teroris, lucunya lagi media nasionalpun ikut-ikutan latah dan membantu media internasional membangun opini tersebut di dalam negeri.
Kita bisa memahami kenapa media internasional bersikap seperti itu, dikarenakan mereka memang tidak familiar dengan kehidupan masyarakat muslim, sehingga muncullah berita-berita yang keliru dalam memahami agama Islam, seperti mereka mendefiniskan JIHAD sebagai aktivitas meledakkan diri dengan bom ditengah keramaian, Apakah sekonyol itu definisi JIHAD?, Padahal JIHAD dalam pandangan muslim adalah berjuang sungguh-sungguh, untuk mencapai sebuah tujuan/cita-cita. Seharusnya tugas media nasional adalah memperbaiki kekeliruan itu, karena apa? Karena media nasional hidup dan tumbuh dengan baik di lingkungan muslim, Data BPS 2010 mencatat muslim di Indonesia mencapai 85% dari total penduduk Indonesia, dan memang selayaknya media nasional paham benar bagaimana muslim “hidup dan bertindak” di Indonesia.
Jangan hanya karena kasus Bom Bali, lalu tiba-tiba kita menjadi begitu parnonya dengan orang berjenggot dan berjubah? Coba dihitung-hitung berapa yang benar-benar teroris dari jutaan pria berjenggot di tanah air? Dulu pernah ada anggapan keliru di masyarakat, mereka menganggap motor merek H gampang rusak, dimana-mana bengkel motor merek H lah yang paling banyak ditemukan, padahal mereka tidak tahu bahwa data statistik penjualan motor H di Indonesia menguasai 80% dari penjualan seluruh motor di Indonesia. Ya wajar toh mereka ada disetiap bengkel. Lain cerita jika motor H dan motor Y sama-sama menguasai 50% pasar kendaraan bermotor di Indonesia.
Lalu apa efek dari opini Muslim=Teroris yang sudah terbangun kuat di benak masyarakat dunia, termasuk di Indonesia sendiri, Salah satunya adalah muncul nya ketakutan terhadap mereka-mereka yang berjenggot, celana jingkrang, rajin sholat berjamaah di masjid, dan suka mengikuti acara-acara pengajian, seperti sosok Siyono yang bahkan mau membangun lagi sebuah TK untuk muridnya yang membludak hingga 200 orang, bahkan Siyono yang terkenal akan kebaikannya di mata masyarakat sekitar, adalah sesosok manusia langka yang rela membersihkan maaf;tinja bapak mertuanya yang sedang sakit. Baca kisah Siyono disini: http://khazanah.republika.co.id/…/o4lj1j394-penuturan-psiko…
Lalu para tokoh-tokoh liberal di Indonesia pun rame-rame membully mereka yang berjenggot dan celana jingkrang, dianggap berpenampilan tidak nasionalis. Anehnya mereka jugalah yang teriak-teriak menyuarakan kalau “PAKAIAN SIMBOL KEAGAMAAN itu hanya bungkus, sementara yang akan dihormati dari seseorang itu adalah akhlaknya” . Yang menjadi pertanyaan adalah apakah akhlak mereka sendiri sudah lebih baik dari Siyono? Apakah sudah lebih baik dari artis muda yang tiba-tiba merubah penampilan mengikuti sunnah Nabi?. Mereka (Kaum Liberal) ini juga lantang teriak-teriak menyuarakan toleransi dalam menjalanan agama bagi non muslim, sementara kepada saudara muslim yang sedikit berbeda keyakinan dalam cara berpakaian mereka tidak toleransi, malah membully. Sebuah pemahaman yang aneh yang muncul dari keberhasilan penggiringan opini oleh media yaitu Muslim=Teroris.
Saat ini penulis merindukan bermunculan media muslim atau media independen yang tidak ikut-ikutan latah dalam memberitakan Islam yang negatif, tidak saja di panggung nasional juga di panggung internasional yang diharapkan mampu menjelaskan kepada dunia bagaimana ajaran islam itu sebenarnya, Lihatlah banyak sekali disekitar kita muslim berjenggot/muslimah berjilbab syari yang taat dalam beribadah, juga dikenal masyarakat sebagai sosok yang baik akhlaknya, yang mempunyai ribuan anak asuh, bersedekah hingga puluhan juta, (walaupun mereka tidak pernah menceritakannya) karena takut menjadi riya. Sosok seperti ini malah tertutup oleh popular nya tokoh muslim yang korupsi yang beritanya diulang-ulang terus seolah-olah semua muslim itu korupsi, padahal jika kembali ke analogi “motor merek H yang sering rusak” maka begitulah gambaran umat muslim di Indonesia, puluhan koruptor muslim berbanding 200 juta muslim, tentu tidak adil jika diperbandingkan dengan puluhan koruptor non muslim berbanding hanya 40 juta non muslim saja, manakah presentasinya yang besar?. Sehingga sampai saat ini saya tidak bisa menerima logika “LEBIH BAIK NON MUSLIM, ASALKAN TIDAK KORUPSI” karena logika ini bentuk halus dari pernyataan “MUSLIM=KORUPTOR”. (Maaf status ini tidak SARA, status ini hanya reaksi penulis terhadap slogan mereka yang nyata-nyata berbau SARA dan menyinggung perasaan lebih dari 200 juta muslim di Indonesia)

Berikut berita keluarga siyono yang diberikan dua gepok uang untuk mengikhlaskan kepergian SIYONO: http://regional.kompas.com/…/Diminta.Ikhlaskan.Kematian.Sua…



Kamis, 17 Desember 2015

Bahaya menabung dalam bentuk uang kertas

Rasulullah mengajarkan kita untuk menyimpan uang (saving) yang ada nilainya (Dinar dan Dirham), namun karena belum banyak dinar dan dirham yang tersedia dipasaran, tabungan bisa di konversi menjadi tabungan emas.

Harga emas dalam jangka pendek memang tidak menguntungkan karena nilainya yang cenderung tetap, itulah sebabnya Rasulullah menganjurkan kita melakukan perdagangan untuk memperkuat ekonomi pribadi dan ekonomi umat. karena dengan tetap berdagang roda perekonomian akan terus berputar.

Poin yang akan kita bahas adalah emas sebagai Tabungan. Dalam jangka panjang menyimpan emas menjaga nilai tabungan kita tidak turun (tetap dan cendrung naik), coba kita lihat perbandingannya jika pada tahun 1998 hanya dengan duit tabungan 8 juta kita sudah bisa naik Haji, bagaimana jika tabungan 8 juta itu dipakai untuk naik haji tahun 2016, apakah cukup? tentu saja tidak. Belum lagi kalau tiba-tiba, terjadi krisis, yang mana 1 dollar setara Rp 30.000? siapa yang kita salahkan? Pemerintah? Kitalah yang salah karena kita doyan menabung dalam bentuk uang kertas yang tidak ada nilai intrinsiknya.

So marilah kita Hijrah dari menyimpan uang kertas menjadi menyimpan emas/dinar/dirham, persoalan ekonomi bukanlah persoalan ecek-ecek, karena jika seseorang miskin, maka duitnya akan terbatas untuk mendapatkan makanan, yang tentu saja menyebabkan kelaparan, jika kita lapar kita akan "menghalalkan apa saja" untuk mendapatkan makanan. kenapa ada maling, rampok, jambret, begal, akar utama adalah karena mereka tidak punya sesuatu untuk dimakan. Lihatlah tindak kriminal di negara maju sangat sedikit sekali, itu karena penduduknya "tidak lapar", tahun ini saja di Belanda banyak penjara yang kosong, karena rendahnya tingkat kejahatan.

Perlu kita ingat kembali bahwa Rasulullah bukanlah seorang yang miskin, beliau adalah seorang pedagang yang sukses yang terkenal akan kejujurannya dalam berdagang, hanya saja Rasullullah memilih hidup sederhana dan bersahaja.Karena beliau  adalah teladan kita marilah kita juga berusaha untuk terhindar dari kemiskinan yaitu dengan cara berdagang, karena 9 dari 10 pintu rezeki adalah melaui perdagangan, dan simpanlah tabungan kita dalam bentuk emas, untuk menjaga nilai tabungan kita.

Semoga film dibawah ini bisa menjelaskan bahaya menabung dalam bentuk uang kertas yang tidak memiliki nilai intrinsik : https://www.youtube.com/watch?v=GEX4HgCW0zo




Belanda, 17 Des 2015

Kamis, 17 September 2015

Pakaian Nusantara VS Pakaian Arab

Pakaian Nusantara VS Pakaian Arab
Bukan bermaksud menggurui cuma gerah saja melihat kenapa banyak sekali orang-orang yang memulai kampanye seakan-akan pakaian menutup aurat itu adalah budaya arab, please deh, bagi yang non muslim oke bisa saya maklumi, karena mereka tidak tau kalo di Alquran ada perintah menutup aurat, Nah banyak juga nih yang muslim yang ikut-ikutan kampanye ini, ini yang bikin saya gerah, hingga pengen teriak "Helllooooooo Alquran di rumah situ ga ada terjemahaanya ya?" Sini saya bantu copy paste:
QS. An-Nuur: 31, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Jangan karena situ ingin menjaga budaya bangsa trus situ izinkan anak-anak gadis muslim memakai pakaian bali yang auratnya keliatan, atau pakaian kebaya jawa yang tipis dan bisa diterawang sehingga “perhiasan pribadi” anak situ jadi konsumsi publik yang bukan muhrim nya? (nasehat ini untuk yang muslim ya, jadi yang non muslim harusnya tidak tersinggung dg pencotohan pakaian adat suatu daerah, poin nya bukan pada menjelek-jelekan pakaian suatu daerah)
Nah buat teman-temanku yang non Muslim saya harap sesudah baca ayat alquran diatas, kalian bisa sadar dan menghentikan kampanye bodoh tersebut, jangan karena kalian minoritas di Indonesia lalu memanfaatkan isu minoritas kalian untuk meminta umat muslim supaya menjauh dari perintah Tuhan nya dan kembali ke pakaian tradisional yang tidak sesuai dengan agama kami, Please urus agama masing-masing aja ya teman, sama seperti saya dan teman-teman muslim di eropa yang tidak ingin berdemo karena merasa terganggu oleh bunyi keras lonceng gereja kuno yang bunyinya tidak mencerminkan HAM yang mereka agung-agungkan. Bisa saja sih kami protes ke pemerintah Belanda, itu volume lonceng gereja boleh dipelankan ga pak walikota? Ini anak kami ga bisa tidur dibuat nya, ini sudah melanggar HAM!!!, Namun kami sadar kami sedang tidak di Indonesia, Di Indonesia pemerintahnya sangat toleran sekali sama minoritas, sehingga yang mayoritas disuruh menghormati yang minoritas.
Lalu bagaimana solusinya dunk, masa pakaian tradisional kita sudah tenggelam pamornya dan berganti pakaian ala arab? Sebelum saya jawab saya nanya balik ke situ: emang situ tiap hari pakai-pakaian tradisional? Tidak kan, nah kalo cuma pake nya sesekali, situ bisa cari di internet betapa banyaknya produsen yang sudah ciptakan kebaya-kebaya anggun tanpa harus membuka aurat, nah berarti situ aja yang kurang piknik, sini piknik ama Zoera Tour & Travel, tuh kan saya jualan lagi.


sumber gambar; google image

Rabu, 10 Juni 2015

Memandang Kritikan Sebagai Nasehat

Pernyataan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa


Daripada mengutuk pernyataan kontroversial ini kenapa kita tidak mencoba melihatnya dari sudut pandang lain, lihatlah pernyataan ini sebagai WARNING/MUHASABAH terhadap kita umat muslim.

Saya sendiri sudah tidak bisa menafikan parahnya pergaulan wanita berjilbab sekarang, terutama yang remaja, beberapa kali saya temui abg berjilbab lagi "mojok" di taman-taman rimbun di tempat wisata, yang kolektor "film unyil" pasti ikut membenarkan, karena cukup banyak beredar hidden camera yang merekam cewek berjilbab lagi pacaran di kebun sawit, di taman yang sepi, di tepi sungai, yang parahnya lagi sebagian dari mereka masih memakai seragam sekolah. 

Nah kenapa kita tidak memandang pernyataan ini sebagai nasehat agar kita lebih serius lagi memperbaiki akhlak anak/saudara kita bahkan akhlak kita sendiri yang sudah lalai mengontrol pergaulan mereka.

Bukankah teman yang baik itu adalah teman yang mau mengoreksi kesalahan kita, agar kita menjadi lebih baik lagi, atau kita memang type teman yang hanya suka dipuji tapi tidak suka dikritik?

Selasa, 20 Januari 2015

Hak Asasi Manusia di Ujung Senapan


Ditembak matinya enam orang terpidana kasus narkoba benar-benar menjadi berita yang paling hangat saat ini, tidak saja di Indonesia namun juga di mancanegara. Dua negara yang warga nya termasuk dalam enam orang yang dieksekusi mati, menarik dubes nya dari Indonesia.

Minggu, 11 Januari 2015

Salahkah Mengkritisi Pemerintah?




Saya hanya bisa tersenyum ketika beberapa orang teman menyindir status facebook tentang ketidaksetujuan saya terhadap rencana pemerintah yang akan mengatur harga batas bawah untuk perjalanan menggunakan pesawat, yang artinya tidak akan kita temui lagi harga tiket pesawat murah dan tiket promo, tentu sebagai rakyat yang dianugerahi tuhan otak, kita ingin tahu apa alasan pemerintah dalam mengambil kebijakan tersebut. Beberapa kali baca berita, ternyata the one and only alasan pemerintah adalah agar maskapai tidak mengabaikan keselamatan para penumpangnya. alasan yang bikin orang-orang "paham" tertawa terguling-guling sambil jingkrak dan kayang, sementara bagi mereka yang awam, akan mulai mencemooh mereka yang kritis dengan sebutan "sok pintar",lalu menambahkan kalimat sinis, "kenapa ga kamu saja yang menjadi menteri?"